Brave work, Tough conversations, Whole heart.
Jadi buku ini dibuat dari riset-riset yang dilakukan oleh penulis, yang ditujukan kepada pembaca agar menjadi bacaan yang dapat dilakukan untuk menjadi pemimpin yang berani.
Dari banyaknya interview dengan para pemimpin, penulis selalu bertanya kepada mereka,
Apa yang dilakukan pemimpin untuk berhasil dalam lingkungannya yang kompleks dan berubah dengan cepat?
Jawabannya beragam, tapi yang paling sering muncul adalah jawaban
Kita membutuhkan pemimpin yang lebih berani dan budaya (culture) yang lebih berani.
Yang dimaksud pemimpin menurut penulis itu adalah,
Pemimpin adalah siapapun yang mengambil tanggung jawab untuk menemukan potensi didalam seseorang atau proses, dan berani untuk membangun potensi itu.
Lalu penulis bertanya lagi, bisakah kalian merinci keterampilan khusus yang anda yakini dapat mendukung kepemimpinan yang berani? hmm, ini tuh sesuatu yang kita miliki dan tidak kita miliki.
Lebih dari 80% pemimpin percaya kalau keberanian itu adalah perilaku bukan kemampuan.
Mereka lebih bersemangat berbicara tentang beberapa masalah, seperti behavioral problem dan cultural problem yang merusak kepercayaan dan keberanian.
Misalnya, menghindari percakapan yang sulit, seperti memberikan feedback
yang jujur dan produktif.
Penyebabnya bisa jadi karena, kurangnya keberanian, kurangnya keterampilan, sisanya masalah norma "merasa gak enakan, merasa gak sopan" yang sering digunakan sebagai alasan untuk menghindari percapakan yang sulit seperti itu.
Akbatnya, ada ketidakjelasan yang akan mengurangi kepercayaan dan keterlibatan serta mendorong perilaku pasif-agresif alias ngomongin dibelakang.
Meskipun ini sepertinya masalah organisasi ditempat kerja, tapi sebenarnya masalah ini berasal dari manusia.
Ada beberapa contoh lagi dibukunya, kalo penasaran silahkan dibaca.
Oya, dibuku ini ada hasil pembelajaran dari penulis. Judulnya
Ada tiga point,
- Kita tidak bisa mendapatkan keberanian tanpa bregemuruh dengan kerentanan, rangkulah kelemahan kita.
Yang dimaksud dengan gemuruh adalah diskusi, percakapan atau pertemuan yang didasari oleh kerentanan. Mengidentifikasi masalahnya, hadapi dan mencoba lagi tanpa rasa takut dan belajar dari kesalahan.
-
Kesadaran diri dan cinta diri itu penting. Siapa kita adalah bagaimana kita memimpin.
-
Keberanian itu menular.
Untuk meningkatkan kepemimpinan dan membangun keberanian didalam tim dan ognasisasi. Kita harus menumbuhkan budaya kerja yang berani, tough conversation dan sepenuh hati dan armor (jabatan) tidak diperdulikan.
Pemimpin yang berani harus peduli dan terhubung dengan orang-orang yang dipimpinnya.
Apa itu vulnerability / kerentanan? Menurut penulis kerentanan bukanlah hal menang atau kalah, tetapi lebih ke perasaan kita.
Misalnya, memulai sesuatu yang baru, misal mulai bisnis baru atau ketika kita baru saja diberhentikan dari perkerjaan, atau sesimple meminta maaf kepada teman, mendapatkan feedback. Itu semua membuat kita merasa cemas, takut dan bimbang.
Intinya kita pasti akan ada momen momen ketika kita merasa rentan waktu kita berada diketidak-pastian, resiko dan paparan emosi.
Kerentanan adalah emosi manusia yang wajar dan dirasakan oleh semua orang. Kerentanan membutuhkan keberanian,dan bukan suatu kelemahan.
Tanpa kerentanan tidak akan ada invovasi dan kreativitas. Tidak ada inovasi tidak akan ada jika tidak belajar dari kesalahan.
Comedian Amy Poehler, bilang, Sangat sulit untuk memiliki ide. Sangat sulit untuk menempatkan diri diluar sana, Sangat sulit untuk menjadi rentan, Tetapi pemimpi, pemikir dan creator orang orang ajaib yang berani melakukannya.
Jadi, kemampuan kita untuk berubah, melakukan percakapan yang sulit, memberikan feedback yang produktif, dan jujur yang merupakan keterampilan kepemimpinan yang berani, semuanya lahir dari kerentanan.
Perjelas apa yang jadi value kita dan bertindak sesuai dengan value yang kita percayai.
Yang dimaksud value apa? gimana kita mau hidup didalam value kalo kita gak tau?
Contoh value bisa dilihat disini.
Tanya pada diri kita:
- Value apa yang mendefinisikan saya?
- Apakah ini yang tebaik untuk saya?
- Apakah value ini menjadi filter yang bisa saya gunakan untuk membuat keputusan yang sulit?
Pilih satu atau dua value yang akan kita yakini.
Lalu bawa value tersebut dari sekedar bullshit menjadi behavior.
Coba lihat workbook ini
Isi pertanyaan yang ada dihalaman 31.
Selanjutnya, Berempati dan welas asih adalah hal terpenting.
Lalu belajar cara memberi feedback dan menerima feedback.
Dibuku ini ada petunjuk untuk memberikan feedback.
-
Saya tau, saya siap memberikan feedback ketika saya siap untuk duduk disebelah anda daripada disebrang anda.
-
Saya tau, saya siap memberikan feedback ketika saya bersedia meletakan masalah didepan kita daripada diantara kita (atau diarahkan kepada anda)
-
Saya tau, saya siap memberikan feedback ketika saya siap untuk mendengarkan, mengajukan pertanyaan dan menerima kalau saya mungkin tidak sepenuhnya memahami masalah ini.
-
Saya tau, saya siap memberikan feedback ketika saya siap untuk mengakui apa yang anda lakukan dengan baik, bukan hanya mencari cari kesalan anda.
-
Saya tau, saya siap memberikan feedback ketika saya mengenali kekuatan anda dan bagaimana anda dapat menggunkannya untuk mengatasi tantangan anda.
-
Saya tau, saya siap memberikan feedback ketika saya dapat meminta pertanggung jawaban anda tanpa mempermalukan atau menyalahkan
-
Saya tau, saya siap memberikan feedback ketika saya terbuka untuk memili bagian saya.
-
Saya tau, saya siap memberikan feedback ketika saya benar benar dapat berterima kasih kepada seseorang atas upaya mereka daripada hanya mengkritik mereka karena kegagalan mereka.
-
Saya tau, saya siap memberikan feedback ketika saya dapat berbicara tentang bagaimana menyelesaikan tantangan ini yang akan mengarah kepada pertumbuhan dan kesempatan.
-
Saya tau, saya siap memberikan feedback ketika saya dapat mencontoh kerentanan dan ketebukaan yang diharapkan dari ana.
Itu dalah sepulu petunjuk yang akan menjadi panduan ketika kita akan memberikan feeback.
Lalu bagaimana sikap yang baik ketika menerima feedback?
- Saya berani mendengarkan dan menerima
- Ambil sesuatu yang berharga, ambil yang baiknya buang sisanya.
- Percaya setiap feedback yang diterima adalah jalan menjadi lebih baik.
Seberapa jauh kita bisa dipercaya dan berapa banyak orang yang betul betul kita percayai.
Penulis telah membuat tujuh peroilaku yang mendorong kepecayaan. dan disingkan BRAVING.
B adalah Boundaries (batas) artinya kita harung menghormati batasan orang lain.
R adalah reliability (dapat diandalkan) apa yang kita katakan itu yang kita lakukan. Kita harus menyadari kemampuan dan keterbatasan kita, sehingga kita tidak berlebihan dan akibatnya tidak bisa memenu komitment yang telah kita katakan.
A adalah accountability, kita bertanggungjwab atas kesalahan kita, benari meminta maaf dan mencoba dan mencari jalan terbaik untuk menebus kesalahan.
V adalah vault (lemari besi), anggap lah kita seperti lemari besi informasi.Kita harus jaga informasi penting yang bukan milik kita.
I adalah integrity (integritas). lakukan apa yang benar daripada cari jalan pintas cari yang mudah, menyenangkan, tapi mengorbankan kebenaran.
N adalah non-juggement (tidak menghakimi), dengan tidak menghakimi orang akan memberitahu apa yang sebenarnya mereka rasakan dan meminta bantuan tanpa mengharapkan kita menghakimi mereka.
G adalah generosity (kemurahan hati) orang akan lebih mempercayai kita kalau mereka tau kita selelu melihat yang terbaik dari orang lain bukan yang terburuk.
Terapkan perilaku ini untuk menjadi pemimpin yang sukses dan bisa dipercaya.
Pelajaran bagi pemimpin? kalau kita ingin lebih berani, maka yang terbaik adalah dengan mempersiapkan diri untuk jalan yang tidak mulus.
Kita bisa ambil pelajaran dari skydivers, calon skydivers akan dizinkan untuk terbang diatas langit ketika mereka susah menghabiskan banyak sesi pelatihan untuk belajar bagaimana cara mendarat dengan aman, mulai dari ketinggian yang rendah misal lompat dari tangga.
Para pemimpin dan pelatih kepemimpinan menyadari perlunya pelatihan ketahanan ini. Tapi bisanya mereka lakukan setelah mengalami kegagalan atau pas krisis terjadi.
Coba bayangkan jika skydivers yang seperti itu, terjun bebas tanpa pernah mencoba berlatih dan belajar gagal mendarat dari ketinggian yang rendah.
Ada cara lebih baik, yaitu mencoba belajar sejak dini, dengan belajar sedari awal, akan menimbulkan perilaku lebih berani. Kenapa? karena setelah pelatihan kita akan yakin dengan kemampuan untuk bangkit kembali jika perilaku berani kita tidak membuahkan hasil yang baik.
Namun, beberapa organissari khawatir kalau mengajari cara gagal sejak awal akan mendorong performa yang rendah.
Padahal, yang terjadi malah sebaliknya.
Misalnya, di perusahaan penulis sendiri, dia menjadikan prioritas untuk mengajarkan keterampilan untuk gagal dan ketahan sebagai bagian dari proses orientasi untuk para karyawan baru.
Ini adalah cara perusahaan memberitahu karyawan baru, kalau keberanian mereka sangat diharapkan tapi kegagalan juga tetap diekspektasikan sesekali.
pernahkan dengar slogan "Fall forward" and "fail fast" kalau tanpa program keterampilan ketahanan akan membuat banyak kerusahakan dari pada kebaikan.
Kenapa?
Karena para pemimpin yang gagal tanpa keterampilan ketahanan akan dengan cepat merasakan sedang berhadapan dengan rasa malu dua kali lipat lebih dari orang yang belajar keterampilan ketahanan.
Salah satu jenis perlindungan diri yang paling luas adalah perfeksionisme. Untuk menjadi pemimpin yang berani, kita harus membersihkan diri dari perfeksionisme.
Kita harus mendobrak dari mitos mitos perfeksionisme ini.
mitos yang paling merusak adalah kalau perfeksionisme adalah tentang perbaikan diri dan berjuang untuk keunggulan.
Padahal kenyataannya, perfeksionisme sebenarnya tentang upaya untuk memenangkan penerimaan, ingin mendapat pujian dari lingkungan, butuh pengakuan dan selalu bertanya "Apa pendapat orang lain tentang gw?"
Sebaliknya, orang orang dengan dorongan yang sehat untuk sukses, jauh lebih fokus pada diri sendiri dan terinspirasi dengan bertanya pada diri sendiri bagaimana cara mereka bisa bertumbuh.
Orang orang perfeksionis sering berasumsi kalau cara berpikir ini akan membawa mereka sukses,
Sebenernya sih gak salah juga dengan perfksionis, tapi ada yang mengganggu dari penelitian yang dilakukan penulis. kalau perfeksionisme dikaitkan dengan kecanduan, depresi dan kecemasan. lebih jauh lagi perfeksionis lebih cenderung kehilang peluang dan mengalami kelumpuhan mental yang membuat mereka gak sepenuhnya terlibat dalam kehidupan.
Kenapa?
Karena ketakutan ketika dikritik atau gak memenuhi harapah orang lain.
Untuk menjadi pemimpin yang berani, lepaskan tameng perfeksionis ini dan masuklah ke kehidupan yang nyata. Kita mungkin membuat kesalahan dalam proses, tetapi kita akan mendaptkan sesuati yang berharga sebagai gantinya. Keberanian untuk berhasil dan memimpin.
Ketika kita jujur dan menerima kerentanan, artinya kita telah membuka diri terhadap keberanian dan kreativitas.
Ketika kita melepaskan sikap perfeksionis dan ketakutan akan kegagalan, artinya kita menemukan keberanian untuk memperbaiki diri kita.
Kita perlu semua emosi, untuk mengikuti kita jika ingin menjadi pemimpin yang berani.
catatan:
banyak banget yang bisa diambil dari buku ini dan sepertinya ringkasannya akan diperbaharui.